Langsung ke konten utama

Sekilas Mengenai Novel “Habib Palsu Tersandung Cinta”


Sekilas Mengenai Novel “Habib Palsu Tersandung Cinta” 

Novel yang merupakan bagian dari karya sastra yang melukiskan berbagai macam kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya masyarakat, tentunya harus ada bentuk apresiasi dari penikmat dan masyarakat sastra terhadap karya sastra yang telah dihasilkan oleh para sastrawan. Sebagai salah satu bentuk perhatian terhadap karya sastra (novel), peneliti tertarik untuk mengkaji/menganalisis novel yang berjudul “Habib Palsu Tersandung Cinta” Karya Ubay Baequni.

Novel “Habib Palsu Tersandung Cinta” Karya Ubay Baequni merupakan novel kontemporer yang isinya melukiskan tentang kehidupan seorang santri muda dari kalangan rakyat biasa yang miskin, bukan keturunan orang kaya atau terpandang. Namanya Haedar Mubarrok (Habib Haedar), ia sangat cerdas dan berbakat, baik di kalangan sesama santri maupun di kalangan pengurus pondok tempat dia menuntut ilmu agama (Pesantren). Kecerdasannya melebihi teman-teman sesama santri di pondok, dengan kecerdasannya ia mampu merubah namanya menjadi luar biasa.
Nama aslinya adalah Haedar Mubarok menjadi Habib Haedar Mubarrok Assegaf. Sejarah Habib di kalangan pesantren tidaklah asing, seorang yang bernama Habib berarti orang tersebut memiliki silsilah keturunan dengan Nabi Muhammad SAW., Ia harus dihormati dan ditaati  tidak boleh dibantah walaupun yang diperintah atau dikerjakan itu salah. Hal inilah yang menjadi dasar berpijak, mengapa Haedar bertindak dan berprilaku semena-mena dilingkungan pondok, tanpa mengindahkan peraturan yang telah di sepakati. Berbagai penilaian dan persepsi masyarakat terhadap Habib Haedar pun bermunculan, apakah dia benar seorang Habib atau tidak? Ternyata  setelah diidentifikasi dia bukanlah seorang Habib, akan tetapi Ia adalah Habib palsu. Kehidupan pergaulan Habaib yang eksklusif tidak membuat Habib Haedar menutup diri kepada akhwal (kelompok non Habaib) Pergaulannya yang luas dengan santri biasa, Gus, Kyai dan Habaib di jawa membuat dirinya bersinar bagai mutiara, hingga Ia dipertemukan dengan Ummi Layla Al-Jufri yang cantik menawan.
Novel ini isinya melukiskan adanya pengaruh budaya luar yang dibawa ke dalam lingkungan pondok pesantren.

Komentar