Menghidupkan Kembali Sarikat Buruh Muslim Indonesia
Oleh : Ali Ramadhan
Dalam sejarah perburuhan di Indonesia, Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI) sempat menduduki posisi kedua sebagai organisasi buruh terbesar setelah Sentral Organisasi Buruh Indonesia (SOBSI) yang berafiliasi ke Partai Komunis Indonesia (PKI).
Di masa-masa awal pemberlakuan politik elektoral, SARBUMUSI dapat menandingi SOBSI. Pada pemilu 1955, SARBUMUSI menjadi instrumen Partai Nahdlatul Ulama (NU) yang dapat diandalkan melakukan pengorganisiran di sektor perburuhan. Sebelumnya, pada tahun 1950-an, SARBUMUSI bersama Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia (GASBIINDO) menjadi inisiator kelahiran International Confederation of Free Trade Union (ICFTU)-kini bernama Internasional Trade Union Confederation (ITUC). Pembentukan ICFTU merupakan respon kaum buruh di masa perang dingin. Melalui ITUC, aspirasi kaum buruh di forum tertinggi perburuhan dunia yaitu Internasional Labour Conference (ILC) dapat terwakili. Biasanya, ILC menggelar pertemuan setahun sekali pada bulan Juni di Jenewa, Swiss.
Setelahnya, Orde Baru membubarkan seluruh organisasi buruh, termasuk SARBUMUSI dan menerapkan wadah tunggal sarikat buruh ke dalam Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI) yang kemudian berganti nama menjadi Sarikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI).
Pasca transisi politik 1998, SARBUMUSI kembali menata diri. Terhadap hal ini, Programme Officer International Labour Organization (ILO) Irham Ali Saifudin menjabarkan tiga pendekatan (hipotesa) yang memengaruhi posisi SARBUMUSI.
Menurutnya, SARBUMUSI dengan kedudukannya sebagai badan otonom (banom) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) sangat potensial bila seluruh potensi di aktivasi kembali. Pria yang akrab disapa Irham itu menjelaskan tiga faktor (hipotesa-pendekatan) untuk memperkuat posisi SARBUMUSI.
“Pertama, SARBUMUSI itu sudah jelas. Kontituensinya merupakan warga Nahdliyin yang sebagian besar merupakan kalangan kelas pekerja,” terang Irham dalam perbincangannya setelah menjadi pemateri di kegiatan Sekolah Perburuhan yang digelar DPP Konfederasi SARBUMUSI bekerjasama dengan Trade Union Center (TURC) di Sekretariat SARBUMUSI, Jalan Raden Saleh, Jakarta Pusat, Kamis (27/04/2017).
Kedua, upaya memperkuat posisi SARBUMUSI secara kelembagaan di seluruh daerah akan semakin kuat bilamana mendapat dukungan penuh.
“Kalau kita ngomong NU ada jamaah-nya ada jam’iyah-nya. Nah secara jamaah, kalau kita ingin menjadikan dunia perburuhan sebagai salah satu aras dakwah bagi kaum Nahdliyin harusnya ini menjadi perhatian di tingkat struktur PBNU atau secara kelembagaan. Tetapi, hipotesa kedua ini patah juga. Misalnya saja, dengan memberikan surat edaran atau instruksi ke MWC atau PCNU di daerah untuk membentuk SARBUMUSI,” urai Irham.
Sayangnya, dalam penilaian Irham, setelah sekian lama SARBUMUSI ‘mati suri’ tidak banyak petinggi di internal NU yang mengikuti perkembangan dunia perburuhan. Kalau saja isu perburuhan menjadi bagian dari setiap langkah gerak dan kebijakan PBNU, tidak mustahil secara kelembagaan SARBUMUSI di seluruh daerah akan semakin kuat.
Ketiga, pendekatan (hipotesa) kepengurusan dan kapasitas sumber daya manusia. Irham menuturkan, sebenarnya aktivis-aktivis NU itu banyak berkecimpung di dunia pergerakan, keorganisasian dan pengorganisiran.
“Hanya saja, teman-teman eks aktivis ini mungkin saja kurang dapat berakselerasi dengan isu-isu perburuhan yang secara faktual berkembang dinamis. Apalagi kalau belum secara langsung mengalami atau menjadi seorang buruh di pabrik atau dunia kerja yang mengalami sekian banyak pertentangan industrial,” ulas Irham.
Ia juga berharap agar SARBUMUSI dapat mendayagunakan potensi tradisi keagamaan bercirikan ahlussunnah wal jama’ah (aswaja). “Kita dapat mengaktivasi ritual-keagamaan khas NU, seperti misalnya pengajian, Majelis Ta’lim, Majelis Dzikir, Majelis Shalawat. Pendekatan-pendekatan ini yang tidak ditempuh oleh sarikat pekerja lain,” harap Irham.
Mantan aktivis PMII itu memberi contoh, SARBUMUSI dapat mengidentifikasi basis-basis industri yang kaum buruhnya relatif banyak. Melalui pendekatan kepada kiai yang berpengaruh di tingkat lokal, kita bisa memohon restu, doa dan dukungannya untuk memperkuat posisi SARBUMUSI.