Bung Karno : Pemimpin Sejati Yang Tak Takut Dipenjara
Sumber : Bung Karno : Penyambung Lidah Rakyat Indonesia
Penjara tak berbeda dengan sebuah jala ikan. Banyak lubang-lubang di dalamnya. Melalui salah satu lubang datanglah berita, bahwa PNI_anak yang telah kulahirkan, kuasuh dan kubesarkan sehingga dewasa_telah pecah menjadi dua dan persatuan kami tercerai-berai. Aku tak sanggup mendengarnya. Padahal untuk inilah aku masuk penjara, untuk inilah aku memikul penderitaan dalam kurungan. Aku sudah berhasil mengatasi siksaan batin, penghinaan dan pengasingan, karena yang selalu tampak di depanku adalah tujuan yang mulia. Tapi sekarang... keadaan ini lebih berat dari yang bisa kupikul. Aku melakukan sesuatu yang tidak biasa kulakukan dalam hidupku. Aku menangis.
loading...
Aku tidak menangis ketika di tangkap. Aku tidak meneteskan air mata ketika aku dimasukkan penjara. Aku tidak patah semangat ketika aku di kucilkan dari dunia bebas. Bahkan aku tidak akan merasa tertekan dan menyesal terhadap diriku sendiri dalam liang kuburku. Aku juga tidak meratap bila menerima kabar bahwa orang tuaku sakit. Tetapi ketika aku mendengar partaiku pecah dan kesempatan kecil bagi tanah airku semakin tipis daripada sebelumnya, kukatakan padamu, saudara, aku tak kuat menerimanya. Aku tersedu-sedu seperti seorang bayi.
Namun tak sekalipun aku punya pikiran untuk menyerah. Tidak pernah. Kekalahan tak pernah terpikirkan olehku. Aku hanya berdo'a, "Insya Allah, aku akan mempersatukan mereka kembali."
Sementara itu, INDONESIA MENGGUGAT telah tersebar ke berbagai pengadilan di Eropa dan banyak protes resmi datang dari ahli-ahli hukum. Perhimpunan pengacara Austria mengemukakan, karena tuduhan terhadapku tidak pernah dibuktikan, maka hukuman terhadap Soekarno mencederai rasa kemanusiaan. Para ahli hukum Belanda yang bersimpati juga angkat bicara. Seorang profesor hukum di Jakarta, kaget oleh tindakan yang keras itu, mengeluarkan pendapatnya dalam sebuah majalah. Ia segera dipanggil oleh Direktur kehakiman yang berang, dan menegurnya karena telah berani di depan umum menentang pengadilan bulan Agustus dari Sri Ratu. Begitu banyak tekanan secara hukum telah dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri, sehingga Gubernur Jenderal mengubah hukumanku menjadi dua tahun.
Sesaat sebelum aku dibebaskan, ada sebuah artikel berjudul "Saya Memulai Sebuah Kehidupan Baru" yang ditulis mengenai diriku dan disebarkan secara luas. Pada pagi tanggal 31 Desember 1931, aku pertama kali mengenakan pakaian sipil setelah dua tahun berada di penjara. Direktur Penjara mengiringiku ke pintu keluar dan bertanya, " Ir. Soekarno, dapatkah Anda menegaskan kebenaran dari kata-kata tersebut ? Apakah Anda betul-betul akan memulai kehidupan baru ? "
Dengan tangan kananku memegang pintu gerbang menuju Kemerdekaan, aku menjawab, "Seorang pemimpin tidak berubah karena hukuman. Aku masuk penjara untuk memperjuangkan kemerdekaan, dan aku meninggalkannya dengan tujuan yang sama."